Hugo Chavez dan Rakyatnya: Akankah Mati Satu Tumbuh Seribu?
Kudeta yang dilakukan Hugo Chavez tahun 1990-an awal, sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan sosial yang telah terjadi sejak sekitar 20 tahun sebelumnya. Chavez sendiri adalah produk dari konstelasi kelas yang spesifik, sehingga peran dan permainan Chavez sendiri bukanlah menjadi penyebab satu-satunya dari perubahan di Venezuela. Namun, Chavez bisa disebut dengan aktor yang memiliki peran besar pada perkembangan salah satu kelompok yang tadinya tersisihkan. Chavez memang tidak bisa tidak disebut sebagai pimpinan/figur yang memiliki kekuatan untuk menyatukan kekuatan-kekuatan kecil di Amerika Latin.
Pada perkembangannya, Chavez memang mampu memiliki kekuatan ini karena kuat secara politis, loyalitas dari rakyat pun selalu menguat terhadap Chavez karena pencitraan yang rutin dan populis selalu dilakukan oleh Chavez.
Dalam pandangan umum, berkaitan pula dengan efek psikologis “penghormatan terhadap almarhum”, Chavez akan dianggap sebagai orang agung yang mati dengan segala kehormatannya. Apalagi, yang ditinggalkannya adalah citra anti-Amerika. Bagi negara dan poros politik yang sepaham, Chavez akan dianggap sebagai pejuang; sedangkan oleh para pihak yang tidak dalam kubu Chavez, paling tidak Chavez akan dianggap sebagai orang yang mau angkat pedang melawan raksasa Amerika.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, sebenarnya Chavez dan segala kebesarannya tersebut sangat tidak bisa terlepas dari “siapa yang melahirkannya”. Bagaimana sosok dan imaji mengenai “Chavez” terbentuk, dengan berbagai karakter, sikap, teriakannya, dan kebijakan negaranya? Venezuela dengan rakyat yang telah sadar politik, dan elemen-elemen yang minor secara ekonomilah “ibu” dari Chavez. Kondisi sosial di Venezuela, mau tidak mau menempatkan Chavez pada sosok “Chavez” yang sekarang, kepopulisan seorang pemimpin.
Kesadaran politik dari rakyat, dengan safari politik rutin yang selalu dilakukan Chavez yang sebenarnya hanya komunikasi satu arah, meningkat. Kesadaran politik rakyat ini terbentuk secara perlahan dan menguat pada perkembangannya, dan hingga kini pasca matinya Chavez hal ini relatif tidak berubah. Rakyat tidak serta-merta kehilangan kekuatan politiknya.
Dari personalitas Chavez sendiri, Simon Bolivar dan Fidel Castro adalah tokoh yang menjadi “idolanya”. Chavez sebenarnya bukan segalanya sebagai pemimpin kiri, namun lebih cenderung pada sosialis, memang. Dan sikap populis sebagai pemimpin yang semacam ini dilakukan Chavez karena rakyat dan kondisi sosialnya memang tidak memungkinkan untuk Chavez tidak populis.
Akan tetapi, hal ini tidak bisa juga diartikan dengan serta-merta mengatakan bahwa Chavez tidak berpretensi untuk menjadi corong kebijakan populis di Venezuela. Bagaimanapun, Chavez adalah bagian dari Venezuela dan sebaliknya. Chavez sendiri merupakan tokoh besar dan memiliki kemampuan untuk menyatukan banyak elemen rakyat yang terpencar.
Pada 12 April 2002, Chavez jatuh dari kekuasaannya dengan tekanan dari kelompok militer, dan digantikan Pedro Carmona yang merupakan tokoh yang disokong oleh militer, ekonom kamar dagang di Venezuela. Carmona sendiri adalah. Jaksa Agung Venezuela sendiri, Isais Rodriguez, menyatakan bahwa pengangkatan Carmona tersebut inkonstitusional. Dalam dekrit yang diumumkan oleh pemerintahan sementara tersebut, antara lain menginstruksikan adanya Dewan Konsultatif sebagai penasihat presiden dan presiden akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dengan otoritas penuh. Oleh internasional, dekrit ini mendapat banyak kritik, bahkan Presiden Meksiko, Argentina, dan Paraguay secara terbuka mengatakan bahwa “pemerintahan baru” Venezuela ini tidak sah sebelum diadakannya Pemilu.
Esok harinya, Chavez kembali menduduki kekuasaannya, dan Carmona terpaksa untuk mengumumkan pernyataan pengunduran dirinya setelah melalui proses politik yang singkat dan ketidaksetujuan banyak pihak, dikukuhkan dengan adanya pernyataan Jaksa Agung tentang kudeta yang tidak sah.
Chavez disebut sebagai pemimpin populis, pada dasarnya karena kebijakan-kebijakannya bertentangan dengan Washington Consensus yang merupakan simbol dari kebesaran Amerika. Melihat tokoh-tokoh Amerika Latin lain, Eva Peron (Argentina) berbeda dengan kepemimpinan Néstor Kirchner, misalnya. Dia masih bisa berembug dengan imf, Bank Dunia, dan lembaga donor lain; Lula da Silva, dengan model kemepimpinan moderat, bisa berbicara dengan lembaga donor dan pihak Amerikanis. Namun, kedua pemimpin ini tetap dipaksa untuk bersikap populis, karena memang masyarakat terbawah di negaranya adalah kelompok yang secara politis kuat.
Lebih lanjut, Amerika Latin adalah “backyard” dari Amerika Serikat. Amerika Latin sebagai “The Big Other” dari politik dan eksistensi AS kehilangan satu tokoh populernya, Chavez. Dengan adanya situasi dan kondisi politik rakyat Venezuela, dan “The Big Other” yang hilang, apakah akan muncul chavez-chavez yang lain? Waktu yang akan mengatakan.
Oleh: Sayfa Auliya Achidsti