MAP Corner 28 Februari (jpg) – Copy

Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang menjadi andalan pemerintah daerah di Indonesia, tidak terkecuali di Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan sektor pariwisata menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun sektor pariwisata bak koin mata uang yang memiliki dua sisi berbeda. Disatu sisi sektor pariwisata menjadi andalan pemerintah untuk membangun ekonomi daerah. Namun disisi lain pembangunan sektor pariwisata seringkali meminggirkan masyarakat lokal yang rentan beserta tatanan sosialnya. Ekspansi kapital secara besar-besaran di kawasan pariwisata telah menimbulkan proses inklusi dan eksklusi.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tepatnya di Kabupaten Gunungkidul dalam dekade terakhir terjadi booming dengan jumlah pengunjung paling ramai. Pada tahun 2015, tercatat sebanyak 2,64 juta pengunjung yang masuk di Gunungkidul dan mencapai 80% dari mereka telah mengunjungi objek wisata pantai. Dengan jumlah pengunjung tersebut, setidaknya Pemkab Gunungkidul telah meraup 20,9 Milyar terhadap kontribusi PAD yang diberikan (Kompas, 2015). Gunungkidul punya banyak tempat wisata alam yang mempesona. Wilayah itu dulunya sepi, tapi sekarang pantainya menjadi destinasi primadona. Kini masyarakat lokal harus berkompetisi langsung dengan berbagai investor yang berebut untuk menanamkan modalnya. Di Kecamatan Saptosari, lahan seluas 160 hektare yang berlokasi di Desa Kanigoro dan Desa Krambilsawit, saat ini telah dikuasai oleh investor dan akan dibangun resort dan hotel. Begitupula di perisir Pantai Kapen-Watu Kodok yang diklaim dengan hak guna tanah Sultan Ground sehingga menimbulkan konflik dengan warga setempat. Bagaimana perkembangan sektor pariwisata di Yogyakarta? Apa penyebab sering terjadinya konflik dalam pembangunan pariwisata tersebut? Pendekatan atau mekanisme apa yang digunakan pemerintah dalam pembangunan itu? Siapa yang diuntungkan dalam proses tersebut? Dan apa implikasinya?

Mari datang dan ikuti diskusi MAP Corner-Klub MKP dengan Tema “Pembangunan Pariwisata di Yogyakarta Untuk Siapa?” yang diselenggarakan pada 28 Februari 2017, pukul 15.00 WIB. Pemantik dalam diskusi tersbeut adalah:
1. Janianton Damanik (Dosen Fisipol UGM)
2. Rugiyati (Paguyuban Kawulo Pesisir Mataram – Watu Kodok)
3. Pitra Hutomo (Peneliti Pariwisata di IVAA)

Leave a Reply