MAP Corner-Klub MKP 22 Agustus 2017

Birokrasi publik alih-alih mampu mempermudah dan melayani masyarakat, seringkali justru menjadi bagian dari masalah. Birokrasi modern yang digadang-gadang mampu menyelaraskan birokrasi dengan demokrasi oleh Ritzer cara kerjanya disinonimkan layaknya restoran cepat saji McDonald. Artinya ada unsur efisiensi, prediktabilitas, kalkulabilitas, dan pengendalian. Di mana pun tempatnya, cara kerja Mcdonald-isasi Birokrasi ini sama. Hal itu cenderung mengabaikan keberagaman dan perbedaan akses yang dimiliki oleh masyarakat. Belum lagi ketika yang dikedepankan adalah logika profit oriented dibanding memberikan pelayanan yang maksimal.

Tipe ideal birokrasi berdasarkan rasionalitas Weberian pun seperti jauh panggang dari api. Berbagai kampus dan birokrat telah bertahun-tahun mempelajari tentang rasionalitas Weberian namun yang muncul adalah irasionalitas. Adanya kontrol yang ketat menghambat kreatifitas dan inovasi petugas, efektifitas dan efisiensi membuat SOP didahulukan dibanding memberi pelayanan yang manusiawi. Irasionalitas dalam rasionalitas Weberian tersebut cenderung akan memunculkan proses dehumanisasi.

Bagaiamana proses McDonaldisasi Birokrasi membentuk cara kerja birokrasi di Indonesia? Masih relevankah tipe ideal birokrasi dan rasionalitas a la Weber? Apa permasalahan fundamental yang dihadapi birokrasi di Indonesia sekarang ini? Mengapa birokrasi seringkali menjadi alat kepanjangan politik penguasa? Apa implikasi McDonald-isasi Birokrasi ini?

Leave a Reply