Home

Sekapur Sirih: Erwan Agus Purwanto (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada)

Komunitas Sekip yang didirikan oleh orang-orang muda dari Program Magister Administrasi Publik (MAP) serta Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (Fisipol-UGM), baru saja merayakan hari jadinya pada bulan Juni 2016. Lima tahun yang lalu, tepatnya tanggal 14 Juni 2011, Komunitas Sekip dibentuk dengan idealisme untuk membangun iklim berfikir kritis di kalangan para mahasiswa MAP maupun lingkungan Fisipol-UGM dalam skala yang lebih besar.

Dimulai dari diskusi mingguan dengan mengangkat tema-tema yang menjadi sorotan pemberitaan media cetak maupun media elektronik, Komunitas Sekip, yang juga terkenal sebagai MAP Corner-Klub MKP,  terus berkembang menjadi salah satu epistemic community yang diperhitungkan di Yogyakarta. Tidak hanya mengangkat tema-tema yang sedang hangat di media massa, Komunitas Sekip juga kerap mengangkat berbagai tema sensitif atau bahkan sering dianggap tabu untuk dibicarakan di tengah-tengah masyarakat karena berbagai alasan, seperti persoalan yang terkait dengan kepentingan penguasa atau persoalan yang terkait dengan isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di negeri ini. Keberaniannya untuk menjaga kebebasan akademik dan mimbar akademik yang dijamin konstitusi membuat MAP Corner-Klub MKP hingga Juni 2016 telah menggelar lebih dari 200 kali diskusi di tiap selasa sore. Hal ini membuat diskusi terus dibanjiri anak-anak muda yang haus akan ilmu pengetahuan, baik dari lingkungan UGM maupun dari berbagai kampus lain di Yogyakarta dan sekitarnya.

Prestasi yang ditorehkan oleh MAP Corner-Klub MKP tersebut tentu sangat membanggakan bagi Fisipol-UGM, tidak hanya karena keberaniannya dalam mengangkat tema-tema penting yang layak mendapat perhatian insan akademik di lingkungan UGM, namun juga karena konsistensinya dalam mempertahankan spirit untuk membangun aktivisme di kalangan anggota epistemic community yang telah terbentuk serta kemampuannya meneruskan elan tersebut  dari satu generasi ke generasi berikutnya. Lebih membanggakan lagi, hasil-hasil diskusi kritis tersebut juga didokumentasikan agar masyarakat luas yang tidak dapat hadir langsung dalam diskusi MAP Corner-Klub MKP dapat ikut memperoleh manfaatnya.

Salah satu bentuk dokumentasi yang dilakukan oleh Komunitas Sekip adalah dengan membukukan hasil kegiatan yang mereka lakukan tersebut.  Setelah berhasil mengeluarkan dua buka sebelumnya pada tahun 2012 dan 2014, maka pada tahun ini Komunitas Sekip akan meluncurkan buku berjudul: “Indonesia Bergerak 2: Percik Pemikiran Komunitas Sekip untuk Perubahan”. Beberapa tema sentral yang diangkat menjadi diskusi dalam buku bunga rampai tersebut, antara lain tentang: ketimpangan sosial, konflik berbasis isu kesejahteraan (ekonomi), konflik menyangkut SARA, intoleransi, dan problem terkait dengan profesionalisme aparat negara.  Kita tentang sangat beruntung Komunitas Sekip telah membahas dan membukukan berbagai isu di atas karena persoalan tersebut yang saat ini juga menjadi problem besar bangsa Indonesia untuk segera dipecahkan.

Atas nama keluarga besar Fisipol-UGM, kami ingin mengucapkan selamat kepada Komunitas Sekip atas terbitnya buku Indonesia Bergerak 2 ini. Harapannya, buku ini akan memberikan inspirasi bagi orang-orang muda di berbagai kampus lain di Indonesia untuk membentuk epistemic community yang kritis dan berani mendiskusikan persoalan-persoalan mendasar bangsanya. Dengan cara yang demikian maka harapannya banyak gagasan akan muncul dan akan mampu dikontribusikan dalam menyelesaikan problem bangsa di masa depan.

Bulaksumur, Agustus 2016

EAP