Diskusi dan Bedah Jurnal menakar kekuatan buruh paska orde baru- Map Corner 25 April 2017
Kekuatan buruh pasca Orde Baru begitu kompleks sehingga menarik untuk ditelisik lebih dalam. Gerakan buruh pada periode ini memang telah tumbuh lebih besar, namun masih mengalami berbagai permasalahan. Negara kian massif berperan untuk memperlemah kekuatan buruh atas nama stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Itu salah satunya termanifestasikan melalui kebijakan pasar kerja fleksibel di tahun 2003 dan PP Pengupahan serta melalui tindakan represif yang menjadi watak warisan pendisiplinan a la Orde Baru.
Sementara di sisi yang lain, melimpahnya surplus populasi relatif turut berperan dalam terbentuknya fragmentasi gerakan. Kian beragamnya relasi sosial Kapitalisme, kekuatan buruh pada perkembangannya melakukan berbagai metode untuk menentangnya. Seperti melalui upaya untuk bergerak dalam pemilu, melakukan aksi grebeg pabrik, dan aksi mogok nasional. Bagaimana kekuatan buruh paska Orde Baru? Bagaimana relasi kelas antara buruh, kapital, & negara dalam level makro-nasional? apa yang mendasari semakin beragamnya gerakan buruh? bagaimana perkembangan metode gerakan buruh saat ini? apa implikasi dari metode yang digunakan terhadap agensi buruh dalam kancah politik?
Analisis kekuatan buruh pasca Orde Baru salah satunya tersajikan dalam Jurnal Suluh Pergerakan yang ditulis oleh Vedi R. Hadiz; Olle Törnquist; Teri Caraway, Michele Ford dan Hari Nugroho; Benny Hari Juliawan. Untuk itu, MAP Corner-Klub MKP Fisipol UGM bekerja sama dengan Social Movement Institute menggelar diskusi dan bedah jurnal Suluh Pergerakan dengan tajuk “Menakar Kekuatan Buruh Pasca Orde Baru” bersama Eko Prasetyo (Dewan Redaksi Jurnal Suluh Pergerakan) dan Anwar Sastro (Ketua Nasional PRP dan Sekjen KPRI)