Poster – Pribumi dan Nasionalisme yang Rasis – 31 oktober 2017
Pada 28 Oktober 1928 atau 89 tahun yang lalu, perwakilan pemuda dari berbagai penjuru nusantara mengucapkan ikrar “Sumpah Pemuda”. Ikrar itu menjadi salah satu penguat nasionalisme perjuangan kemerdekaan Indonesia yang saat itu anti-kolonialisme dan anti-imperialisme serta anti terhadap para pribumi yang menjadi kaki tangan kolonialisme. Nasionalisme yang terbentuk juga berdiri di atas kosmopolitanisme. Film dokumenter “Indonesia Calling” memperlihatkan dengan baik solidaritas lintas negara dalam turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Di sisi yang lain, pada tahun-tahun ini, istilah “pribumi” kembali hangat menjadi bahan permainan para elit politik. Jargon pribumi dan anti asing menjadi senjata yang begitu murah untuk mendongkrak elektabilitas. Nasionalisme yang berkembang kemudian menjadi bersifat rasis, bahwa bangsa kulit putih (atau selain bangsa Indonesia) pasti jelek dan semua pribumi berada pada posisi marginal sehingga patut diperjuangkan. Pandangan tersebut bersifat a-historis, mengabaikan fakta bahwa dalam struktur masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas sosial yang mempunyai kepentingan berbeda dalam proses reproduksi sosial.
Bagaimana sejarah nasionalisme indonesia? Siapa sebenarnya pribumi itu? Apa yang membuat jargon pribumi banyak digunakan akhir-akhir ini? Sejak kapan nasionalisme di Indonesia bersifat rasis? Kondisi sosial seperti apa yang membuat pandangan itu bersemi dan tumbuh subur? Apa implikasi dari pandangan itu?